Pancasila Harus Jadi "Way of Life", Peng Suyoto: Percuma Pintar, Tapi Tak Loyal ke Negara
PEKANBARU - Tokoh Tionghoa Riau, Peng Suyoto mengajak semua masyarakat Indonesia untuk lebih menjadikan Pancasila sebagai way of life dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
PEKANBARU - Tokoh Tionghoa Riau, Peng Suyoto mengajak semua masyarakat Indonesia untuk lebih menjadikan Pancasila sebagai way of life dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal tersebut dia sampaikan dalam diskusi rutin bertema Hari Lahir Pancasila di kediaman Anggota DPRD Riau, Ma"mun Solihin, Selasa malam (1/6/2021).
"Ada lebih dari 700 suku yang ada di Indonesia, kan bisa bertahan sampai sekarang. Kita lihat seperti Yugoslavia, tidak sampai 10 suku, tapi mereka sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara," kata Mantan Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Riau ini.
Persaudaraan yang sudah terbangun antar ratusan suku ini, lanjut Peng, harus dijaga dengan baik. Dia mengakui, Indonesia belum menemukan format yang sempurna dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dikarenakan kebijakan yang berbeda dari setiap presiden.
"Apakah P4 (Pedoman, Penghayatan, Pengamalan Pancasila) dulu baik? Zaman dulu korupsi banyak juga. Artinya juga belum sempurna. Sekarang peran P4, diganti Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)" tambahnya.
Dalam diskusi yang dihadiri sejumlah Anggota DPRD Riau dan Anggota DPRD Kabupaten/kota, serta Bupati Kampar, Care Sugeng ini, Peng menitipkan pesan supaya para pemenang kebijakan ini bisa membuat kebijakan yang berdampak pada pengamalan Pancasila.
"Pancasila penting kita rawat, percuma anak pintar, tapi tidak punya loyalitas terhadap negara ini. Itu percuma menurut saya. Jadi, mohon bapak-bapak yang pemegang kebijakan, carikan solusinya," tuturnya.
Sekolah-sekolah modern sekarang, ujar Peng, mayoritas mengacu kepada negara-negara Inggris, Singapura, Amerika yang cenderung lebih liberal. Tentunya ini tak sesuai dengan kultur bangsa Indonesia.
"Penggerusan nilai-nilai Pancasila sangat besar pengaruhnya terhadap arah dan tujuan bangsa ini kedepan. Anak-anak yang lahir pasca reformasi, mayoritas tak hafal Pancasila apalagi mengamalkan nilai-nilainya," tutupnya.
Sementara itu, Bupati Kampar, Catur Sugeng Susanto mengapresiasi acara yang diselenggarakan oleh Ma"mun Solihin ini, meskipun saat ini sedang pandemi Covid-19, namun masih ada anak bangsa yang peduli dengan Pancasila.
"Saya mikirnya tadi Pak Makmun ini ngajak ngopi, eh rupanya ada diskusi kebangsaan. Disini saya menyimak, melihat para narasumber, semua yang disampaikan adalah fakta," ungkapnya.
Pancasila, sambungnya, adalah titik temu dari segala perbedaan yang ada di Indonesia, baik suku maupun agama. Dan Indonesia juga bukan negara ecek-ecek yang dianugerahkan Allah, karena Indonesia adalah negara yang istimewa.
"Pancasila itu pemersatu keanekaragaman. Berkat rahmat Tuhan, kalau sudah rahmat dari Tuhan, tidak ada satupun yang bisa menghalanginya, paham apapun gak akan pernah bisa. Jadi, bukan gampang melahirkan Pancasila, dan yang menggagasnya juga bukan sembarang orang," tutupnya.
Adapun diskusi tersebut juga diisi oleh Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK), Fachri Yasin dan perwakilan dari Ikatan Keluarga Jawa Riau (IKJR) dan Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR). ***
Sumber Berita
https://www.goriau.com/berita/baca/pancasila-harus-jadi-way-of-life-peng-suyoto-percuma-pintar-tapi-tak-loyal-ke-negara.html